Alasan Para Pengusaha Kuliner Mengeluh | Kisah Penjual Gorengan
Jika disini ada yang merasa bahwa akhir-akhir ini mengalami usaha atau bisnis kuliner yang semakin minim pemasukan, bisa jadi mungkin salah satunya karena kalian sedang menjalani bisnis usaha kuliner jualan gorengan nih.
Kali ini kita akan sharing mengenai masalah yang banyak dialami oleh teman-teman penjual gorengan, tentunya berhubungan dengan terpuruknya bisnis kuliner dibidang jualan gorengan.
Bisnis gorengan dan ruang lingkupnya
Sebelum membahas lebih detailnya, kita akan batasi ruang lingkup dari pembahasan kita kali ini. Bisnis gorengan yang dimaksud disini meliputi berbagai macam usaha kuliner dimana produk yang di jual berupa gorengan atau makanan yang teknik pengolahannya dengan cara di goreng.
Tentunya jika melihat dari ruang lingkup ini, kita dapat menarik benang merahnya bahwa kuliner gorengan tersebut bukan hanya sebatas tahu goreng, tempe goreng ataupun mendoan saja, namun dapat meliputi usaha ayam goreng, roti goreng, juga sampai dengan usaha jualan nasi goreng.
Mengapa usaha kuliner gorengan banyak yang mengeluh?
Tanpa kita sadari sebagai manusia kita pasti pernah mengalami yang namanya mengeluh, kondisi ini biasanya terjadi saat dimana kita sedang mengalami masa sulit, terhimpit, ataupun sedang berada dititik putus harapan.
Begitupun penjual gorengan juga sama layaknya seperti manusia pada umumnya dong, mereka juga berhak mengeluhkan atas masalah dan problem yang sedang dihadapi.
Salah satu problem yang di hadapi dan di keluhkan oleh para penjual gorengan salah satunya berkaitan dengan menurunnya pemasukan meskipun omset masih sama atau bahkan sebenarnya meningkat.
Arti laba dan omset pada bisnis kuliner gorengan
Kita perdalam dulu mengenai arti laba yang dimaksudkan disini ya, bahwa pengertian laba secara umum yaitu jumlah nominal uang atau keuntungan yang didapatkan setelah di kurangi dengan modal usaha secara keseluruhan.
Sedangkan arti omset secara luas adalah banyaknya pendapatan ataupun banyaknya nominal uang hasil dari seluruh penjualan. berarti juga bahwa omset satu hari memiliki arti yaitu banyaknya pemasukan atau uang yang didapatkan selama satu hari dari hasil penjualan, belum dipotong oleh pengeluaran apapun.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa laba harian seorang penjual gorengan merupakan hasil bersih uang yang di dapatkan selama satu hari dari hasil penjualannya, sedangkan omset harian penjual gorengan masih terhitung kotor, karena belum dipotong modal dan biaya lain-lain.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa ada kemungkinan seorang penjual gorengan sebenarnya memiliki peningkatan omset, namun ternyata hanya mendapatkan laba yang minim.
Alasan Penjual gorengan mengalami laba turun meski omset naik
Terdapat beberapa faktor yang menjadi alasan penyebab seorang penjual gorengan menglami laba yang minim meski omsetnya mengalami kenaikan
1. Naiknya harga bahan baku
Ketika harga bahan baku naik, maka secara otomatis akan mempengaruhi modal usaha yang harus di keluarkan dalam proses produksinya.
Sebagai gambaran saja bahwa saat ini harga bahan pokok termasuk minyak goreng dan tepung terigu yang keduanya tersebut merupakan bahan baku utama usaha kuliner gorengan telah mengalami peningkatan harga yang signifikan.
Melambungnya harga kedua bahan baku tersebut tentunya sangat dirasakan oleh teman-teman penjual gorengan. Dimana modal untuk membeli bahan baku harus ditambah lagi agar mencukupi untuk memulai berjualan.
Namun sayangnya setelah produk gorengan berhasil dijual ternyata tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan, sehingga menyebabkan laba menurun dari sebelumnya.
2. Naiknya harga sewa tempat jualan
Umumnya usaha kuliner gorengan jarang yang keliling, sebagian besar mereka akan mangkal di suatu tempat, menyewa tempat untuk berjualan.
Nasib buruknya, saat ini harga sewa tempat semakin meningkat bahkan bisa dikatakan melambung tinggi hingga 200%.
Kondisi tersebut menjadi penyumbang semakin menurunnya laba yang didapatkan oleh para pengusaha kuliner di bidang jualan gorengan.
3. Meningkatnya daya beli masyarakat
Masih berkaitan dengan naiknya harga bahan baku, membuat jenis kuliner gorengan akan terlihat lebih murah. Maksudnya perbandingan antara bahan baku yang mahal, membuat suatu produk olahan akan terlihat murah.
Sebagai contoh: Daripada harus menggoreng ayam dirumah, yang tentunya harus membeli minyak goreng sendiri serta bahan-bahan lainnya dengan harga mahal, tentu akan lebih praktis dan murah jika membeli ayam goreng yang sudah matang.
Karena hal tersebut tentunya membuat animo masyarakat memebeli gorengan akan meningkat, daya beli konsumen ini akhirnya akan meningkatkan omset penjualan.
Solusi mengatasi penurunan laba bagi pengusaha kuliner dibidang penjualan gorengan
Setiap masalah pasti ada solusinya, begitupun mengenai keluh kesah para pengusaha kuliner, Jadi hentikan mengeluhnya dan mari kita pecahkan bersama-sama problem ini.
Solusi yang harus kita lakukan untuk mengatasi penurunan laba ini sebenarnya ada beberapa trik dan tips, antara lain:
1. Menaikkan harga jual produk kita
Dengan menaikan harga jual, tentunya dapat menutup biaya modal produksi. Cara ini terbilang paling simpel, namun tentunya terdapat resiko salah satunya akan menurunkan minat pembeli.
Sehingga usahakan untuk menghitung ulang secara detail berapa besaran kenaikan harga baru yang akan kita terapkan, agar tidak menimbulkan pro dan kontra para pelanggan.
Sebenarnya pro dan kontra pasti akan terjadi, dan itu hal yang umum atau lumrah karena mau tidak mau mereka (pelanggan) menginginkan harga yang murah ketika membeli sesuatu.
Namun apabila kita menaikan harga secara wajar, tentu para pelanggan dapat memaklumi akan situasi tersebut dan tidak akan menurunkan minat belinya sehingga omset akan meningkat seimbang dengan laba yang kita dapatkan.
2. Mencari tempat mangkal lain yang lebih murah
Pindah tempat mangkal mungkin hal yang berat untuk dilakukan apalagi jika alamat tempat jualan kita tersebut sudah banyak di kenal oleh pembeli.
Ketika sudah memiliki basis pelanggan tetap, pindah tempat akan menjadi persoalan baru. Banyak pelanggan akan merasa kehilangan anda, mereka (pelanggan) umumnya sudah nyaman dan familiar dengan tempat mereka membeli sesuatu.
Namun selama kita tetap menjaga kualitas, sepertinya masalah diatas tidak menjadi persoalan yang berkepanjangan, nantinya para pelanggan tetap akan mencari anda meskipun mungkin harus menempuh jarak yang lebih jauh dari tempat sebelumnya.
Yang terpenting, kabarkan pada para pelanggan tentang kepindahan alamat produksi kita, dan yang terpenting ketika pindah alamat tetap usahakan mencari tempat yang mudah di jangkau para pelanggan lama.
Ataupun jika harus pindah tempat yang jauh dari alamat usaha yang lama, maka usahakan mencari tempat yang strategis. Sehingga dalam mencari pelanggan baru kita tidak mengalami kesulitan.
3. Melakukan inovasi
Jika dirasa menaikan harga jual ternyata berat, dan belum siap menanggung resiko kedepannya, cobalah lakukan inovasi yang kreatif.
Contoh mudahnya dengan mengecilkan ukuran gorengan, namun dengan sentuhan kreativitas, sehingga tidak akan terlihat menyusut ukurannya dan pembeli akan tetap puas ketika membeli produk kita.
Sebenarnya seperti ketika menaikkan harga produk, menyusutkan ukuran produk juga akan dapat diterima dan dimaklumi oleh para pelanggan kok, kuncinya hal tersebut dilakukan dengan ukuran yang wajar ya!.
Posting Komentar untuk "Alasan Para Pengusaha Kuliner Mengeluh | Kisah Penjual Gorengan"